Ada banyak cara untuk menyegarkan pikiran, tapi buatku, naik motor jarak jauh adalah cara yang paling jujur.
Setiap kali aku duduk di atas motor, suara mesin yang stabil seolah jadi metronom buat pikiranku. Aku nggak butuh musik, nggak butuh podcast—cukup jalan terbuka, udara yang bergerak, dan waktu yang pelan. Di tengah rutinitas kerja yang seringkali mengekang, long ride adalah bentuk kebebasan paling nyata yang bisa aku nikmati.
Anehnya, saat motor melaju dan aku melewati hamparan sawah, jalanan desa, atau bahkan kota kecil yang belum pernah kudatangi, ide-ide segar justru bermunculan. Sesuatu yang sulit didapat saat aku duduk berjam-jam di depan monitor. Mungkin karena saat itu pikiranku benar-benar kosong, nggak ada distraksi, dan justru itulah ruang paling bersih buat kreativitas tumbuh.
Tapi bukan cuma soal inspirasi. Ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar ide.
Di setiap perjalanan, aku melihat manusia-manusia yang nggak masuk ke timeline media sosial. Orang-orang yang sedang dorong motor di tanjakan karena bensinnya habis. Tukang becak yang masih berjuang di siang terik. Pedagang kaki lima yang senyumnya tetap hangat walau jelas lelah. Wajah-wajah di jalan yang menunjukkan kerasnya hidup, tapi tetap bertahan.
Dari merekalah aku belajar banyak hal. Tentang kesederhanaan. Tentang bertahan dalam situasi yang sulit. Tentang bagaimana setiap orang sedang memikul beban masing-masing, tapi tetap berjalan. Ada yang hidupnya memang terlihat “terdampar”, tapi di balik itu semua, ada usaha yang nggak pernah terlihat dari balik dashboard media sosial kita.
Dan di titik itu aku sadar: long ride bukan cuma soal pergi jauh, tapi tentang melihat dunia dengan mata yang baru.
Aku pernah beberapa kali berhenti di warung kecil sekadar buat ngopi, ngobrol dengan bapak-bapak yang hidup dari tambal ban, atau anak muda yang kerja serabutan. Obrolan singkat mereka kadang jadi lebih bermakna daripada semua konten motivasi yang kubaca. Karena itu nyata. Karena mereka sedang benar-benar hidup, bukan sedang membentuk citra.
Long ride buatku adalah proses bertemu diri sendiri, setelah terlalu lama larut dalam dunia yang terus bergerak cepat. Jalanan memperlambatku—secara sengaja. Dan di saat itulah aku merasa lebih sadar. Tentang diriku. Tentang orang lain. Tentang hidup itu sendiri.